Perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata bagi ketahanan pangan di Indonesia, termasuk di Aceh Timur. Para petani di wilayah ini harus beradaptasi dengan berbagai tantangan yang muncul akibat perubahan iklim. Mereka tidak hanya menghadapi cuaca yang semakin tidak menentu, tetapi juga harus mencari cara untuk tetap produktif dan menjaga keberlanjutan pertanian mereka.

Ibu-ibu melihat hasil tanaman sayuran yang ditanam di perkarangan rumahnya di Desa Alue Siwah Serdang, Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur. (ANTARA/Hayaturrahmah)

Adaptasi Petani Aceh Timur

Para petani di Aceh Timur telah mengambil langkah-langkah inovatif untuk bertahan di tengah ancaman perubahan iklim. Salah satu strategi utama yang mereka terapkan adalah membentuk kelompok tani mandiri. Kelompok-kelompok ini memungkinkan para petani untuk bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan.

  1. Kelompok Tani Srikandi Alue Siwah Serdang: Salah satu contoh sukses adalah Kelompok Tani Srikandi Alue Siwah Serdang. Kelompok ini terdiri dari perempuan-perempuan petani yang memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk menanam berbagai jenis sayuran secara organik. Mereka juga membuat pupuk organik sendiri, sehingga tidak lagi bergantung pada pupuk kimia yang mahal.
  2. Pemanfaatan Pekarangan Rumah: Para petani memanfaatkan setiap jengkal lahan yang mereka miliki. Pekarangan rumah diubah menjadi kebun sayur yang produktif. Mereka menanam bayam, kangkung, gambas, pare, terong, dan cabai. Hasil panen tidak hanya untuk konsumsi sendiri, tetapi juga dijual di pasar lokal.
  3. Pembuatan Pupuk Organik: Untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, para petani diajarkan cara membuat pupuk organik dari bahan-bahan alami seperti daun kelor, lalang, pakis, dan daun hasan tengeut. Pupuk organik ini tidak hanya lebih murah, tetapi juga lebih ramah lingkungan.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun telah melakukan berbagai upaya adaptasi, para petani di Aceh Timur masih menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan utama yang mereka hadapi antara lain:

  • Kondisi Cuaca yang Tidak Menentu: Perubahan iklim menyebabkan cuaca menjadi semakin tidak menentu. Hujan yang tidak terduga dan musim kemarau yang panjang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen.
  • Keterbatasan Sumber Daya: Banyak petani yang masih menghadapi keterbatasan sumber daya, baik itu dalam hal finansial, teknologi, maupun akses ke pasar. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengembangkan pertanian mereka lebih lanjut.
  • Tekanan Ekonomi: Harga komoditas pertanian yang fluktuatif dan biaya produksi yang tinggi menjadi tekanan tambahan bagi para petani. Mereka harus mencari cara untuk tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Dukungan dari Berbagai Pihak

Untuk membantu para petani menghadapi tantangan ini, berbagai pihak telah memberikan dukungan. Salah satu contohnya adalah PT Medco E&P Malaka yang turut menginisiasi terbentuknya kelompok-kelompok tani di Aceh Timur. Mereka memberikan bantuan berupa bibit tanaman dan pelatihan pembuatan pupuk organik.

  1. Bantuan Bibit Tanaman: PT Medco E&P Malaka menyediakan bibit tanaman produktif kepada para petani. Bibit ini membantu meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas bahan pangan di desa-desa.
  2. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik: Para petani diajarkan cara membuat pupuk organik dari bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar mereka. Pelatihan ini membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan meningkatkan kesuburan tanah.
  3. Peningkatan Kapasitas Petani: Selain bantuan materi, para petani juga mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mengelola pertanian. Pelatihan ini mencakup teknik bercocok tanam yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Dampak Positif bagi Masyarakat

Upaya adaptasi yang dilakukan oleh para petani di Aceh Timur tidak hanya memberikan manfaat bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. Beberapa dampak positif yang dirasakan antara lain:

  • Ketahanan Pangan: Dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran, para petani dapat memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi keluarga mereka. Hal ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar.
  • Peningkatan Pendapatan: Hasil panen yang dijual di pasar lokal memberikan tambahan pendapatan bagi para petani. Pendapatan ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
  • Pemberdayaan Perempuan: Kelompok-kelompok tani yang dibentuk sebagian besar terdiri dari perempuan. Hal ini memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berperan aktif dalam pertanian dan meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.

Kesimpulan

Perubahan iklim memang menjadi tantangan besar bagi para petani di Aceh Timur. Namun, dengan semangat juang yang tinggi dan dukungan dari berbagai pihak, mereka mampu beradaptasi dan bertahan. Melalui pembentukan kelompok tani mandiri, pemanfaatan pekarangan rumah, dan pembuatan pupuk organik, para petani berhasil menjaga keberlanjutan pertanian mereka. Upaya ini tidak hanya memberikan manfaat bagi para petani, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. Dengan terus berinovasi dan bekerja sama, diharapkan para petani di Aceh Timur dapat menghadapi tantangan perubahan iklim dengan lebih baik di masa depan.

#PetaniAcehTimur #PerubahanIklim #KetahananPangan #PertanianOrganik #PemberdayaanPerempuan

Leave a Reply

Your email address will not be published.